Tukang becak ini saya foto di sebuah antrean lampu merah kota Jogja. Sebenarnya, ia barusaja membeli sebuah koran dan sempat membacanya sesaat ketika lampu sedang merah.
Sebetulnya tak ada yang istimewa ‘kan? Tapi coba perhatikan lebih seksama, bukankah bentuk fisiknya lebih bersih dan berbeda dibanding tukang becak pada umumnya? Apabila saya asumsikan dia adalah seorang mahasiswa yang sedang ‘nyambi’ mbecak, masuk akal ‘kan?
Nah, lalu saya jadi terpikir, apakah profesi mbecak ini sudah naik derajat, sehingga seorang mahasiswa pun kini tak malu lagi melakukannya? Atau sebaliknya, apakah kesempatan kerja di Jogja sudah sedemikian sempitnya sehingga tak ada peluang bagi mahasiwa ini untuk nyambi di sektor lain yang lebih pas?
Walahualam… yang jelas, kota gudeg ini saat libur panjang bagaikan gula-gula yang diserbu semut sehingga suasananya padet, ruwet, dan macet.
Leave a comment